Baru-baru ini, saya sedang nonton sebuah film, lebih tepatny anime, yang berjudul Steins Gate. Anime ini menceritakan tentang tentang seorang scientist bernama Okabe Rintarou, dimana ia bersama teman-temanny tak sengaja menciptakan sebuah mesin waktu mini. Mesin waktu ini dapat mengirimkan pesan via handphone ke masa lalu. Isi pesanny terserah. Mau dibuat untuk mengingatkan kejadian tertentu, agar kita tidak jadi melakukannya, ataupun pesan-pesan yg lain, yang ujung-ujungny akan mengubah masa depan kita agar sesuai dengan yang kita harapkan. Lama kelamaan, mesin ini mendekati sempurna. Mesin ini tidak hanya bisa mengirim pesan ke masa lalu, melainkan juga ‘memori’ pelaku, ke masa lalu. Tujuanny jelas, agar ‘memori’ tersebut dapat langsung sampai ke otak pelaku, dan pelaku tersebut dapat dengan segera mengubah kejadian yang ia ingin ubah di masa lalunya.
Anime
ini sukses menyita perhatian saya. Dari yang awal2ny membosankan, berubah
menjadi kecanduan. Kadang saya jadi berpikir mengenai benang merah anime ini,
berandai andai jika saya yang memiliki mesin waktu tersebut. Apakah saya akan
melakukan seperti yang dilakukan sang scientist
tersebut? hmmm…
Sebelumnya,
saya tidak munafik. Banyak kejadian di masa lalu saya yang buruk, dan gagal.
Seperti contohnya kehidupan SMP-SMA saya yang pasif. Ujian2 tertentu yang saya
anggap gag serius, dll. Bukankah itu smua jelek dimata saya yang skarang?
Jelas! Tapi, jikalau saya mempunyai mesin waktu tersebut, saya pikir saya tidak akan
mengubah apapun dimasa lalu saya,
Tidak
satupun.
Kenapa saya
bisa berkata demikian? Karena masa lalu itulah yang membuat saya seperti
sekarang. Pernah baca statement. Bunyiny kira2 seperti ini . .
Jikalau anda bisa dengan senang hati menerima kebahagiaan, tentuny anda juga harus dengan berlapang dada menerima penderitaan. Jika anda memegang teguh prinsip ini, tak ada lagi yang perlu disesali dengan masa lalu anda.
Hal ini sedikit banyak mengingatkan saya terhadap filosofi Tiongkok kuno, Yin-Yang.
Jikalau anda bisa dengan senang hati menerima kebahagiaan, tentuny anda juga harus dengan berlapang dada menerima penderitaan. Jika anda memegang teguh prinsip ini, tak ada lagi yang perlu disesali dengan masa lalu anda.
Hal ini sedikit banyak mengingatkan saya terhadap filosofi Tiongkok kuno, Yin-Yang.
“Sesuatu yang mencapai puncaknya cenderung akan berbalik. Siang mencapai puncak akan berganti senja, malam mencapai puncak akan berganti fajar. Membentuk suatu siklus kehidupan yang berkesinambungan.
Karenanya kita tidak perlu putus asa jika
mengalami kesusahan dan jangan lengah jika sedang mendapatkan kemakmuran.”
Di dalam Yin-Yang,
terdapat warna hitam dan putih, yang masing2 terdapat bulatan/titik kecil
dengan warna berbeda didalamnya. Warna hitam ada titik warna putih dan di dalam
warna putih ada titik hitam. Contoh yang paling gampang untuk membedah makna
ini dapat di lihat pada kekuatan seseorang, sekuat kuatnya orang pasti memiliki
kelemahan dan selemah-lemahnya orang pasti punya kekuatan. (Diambil dari : Catatan
Dion Sultan Ciptadimulya, Al Falah Surabaya)
hmm...filosofi yang memotivasi, right? :)
hmm...filosofi yang memotivasi, right? :)
Jangan
menghabiskan waktu untuk mencari kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya
milik Allah semata. Bersyukurlah, maka segalanya akan menjadi indah :)
Kurasa
Okabe Rintarou perlu belajar dari filosofi ini, hehe.
Fa-biayyi
alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar