Jumat, 23 November 2012

Past, Present, and Future




Baru-baru ini, saya sedang nonton sebuah film, lebih tepatny anime, yang berjudul Steins Gate. Anime ini menceritakan tentang tentang seorang scientist bernama Okabe Rintarou, dimana ia bersama teman-temanny tak sengaja menciptakan sebuah mesin waktu mini. Mesin waktu ini dapat mengirimkan pesan via handphone ke masa lalu. Isi pesanny terserah. Mau dibuat untuk mengingatkan kejadian tertentu, agar kita tidak jadi melakukannya, ataupun pesan-pesan yg lain, yang ujung-ujungny akan mengubah masa depan kita agar sesuai dengan yang kita harapkan. Lama kelamaan, mesin ini mendekati sempurna. Mesin ini tidak hanya bisa mengirim pesan ke masa lalu, melainkan juga ‘memori’ pelaku, ke masa lalu. Tujuanny jelas, agar ‘memori’ tersebut dapat langsung sampai ke otak pelaku, dan pelaku tersebut dapat dengan segera mengubah kejadian yang ia ingin ubah di masa lalunya.

Anime ini sukses menyita perhatian saya. Dari yang awal2ny membosankan, berubah menjadi kecanduan. Kadang saya jadi berpikir mengenai benang merah anime ini, berandai andai jika saya yang memiliki mesin waktu tersebut. Apakah saya akan melakukan seperti yang dilakukan sang scientist tersebut? hmmm…

Sebelumnya, saya tidak munafik. Banyak kejadian di masa lalu saya yang buruk, dan gagal. Seperti contohnya kehidupan SMP-SMA saya yang pasif. Ujian2 tertentu yang saya anggap gag serius, dll. Bukankah itu smua jelek dimata saya yang skarang? Jelas! Tapi, jikalau saya mempunyai mesin waktu tersebut, saya pikir saya tidak akan mengubah apapun dimasa lalu saya,

Tidak satupun.

Kenapa saya bisa berkata demikian? Karena masa lalu itulah yang membuat saya seperti sekarang.  Pernah baca statement. Bunyiny kira2 seperti ini . .

Jikalau anda bisa dengan senang hati menerima kebahagiaan, tentuny anda juga harus dengan berlapang dada menerima penderitaan. Jika anda memegang teguh prinsip ini, tak ada lagi yang perlu disesali dengan masa lalu anda.

Hal ini sedikit banyak mengingatkan saya terhadap filosofi Tiongkok kuno, Yin-Yang.

“Sesuatu yang mencapai puncaknya cenderung akan berbalik. Siang mencapai puncak akan berganti senja, malam mencapai puncak akan berganti fajar. Membentuk suatu siklus kehidupan yang berkesinambungan.
Karenanya kita tidak perlu putus asa jika mengalami kesusahan dan jangan lengah jika sedang mendapatkan kemakmuran.”


Di dalam Yin-Yang, terdapat warna hitam dan putih, yang masing2 terdapat bulatan/titik kecil dengan warna berbeda didalamnya. Warna hitam ada titik warna putih dan di dalam warna putih ada titik hitam. Contoh yang paling gampang untuk membedah makna ini dapat di lihat pada kekuatan seseorang, sekuat kuatnya orang pasti memiliki kelemahan dan selemah-lemahnya orang pasti punya kekuatan. (Diambil dari : Catatan Dion Sultan Ciptadimulya, Al Falah Surabaya)

hmm...filosofi yang memotivasi, right? :)

Jangan menghabiskan waktu untuk mencari kesempurnaan, karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Bersyukurlah, maka segalanya akan menjadi indah :)

Kurasa Okabe Rintarou perlu belajar dari filosofi ini, hehe.


Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban

Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?



Surabaya, 23 November 2012
Pukul 9:11 malem
Nyruput nescafe, sambil nyamil krupuk rambak

and still waiting for her reply message . .huuff

Tidak ada komentar:

Posting Komentar