Jumat, 02 November 2012

Kisah Seorang Pemuda, dan Segala Kekhawatirannya

Alkisah ada seorang pemuda yang sedang kebingungan, bertanya kesana kemari. Kepada apa saja, siapa saja . .

"Matahari, bisakah kau kurangi sedikiiit saja intensitas cahayamu, agar kota ini sedikit lebih redup?"

- Tidak bisa ya? Baiklah . . saya akan mencoba berbicara dengan awan

"Awan, bisakah kau menutupi setiap langkah kita nanti, agar sinar matahari tidak terlalu menyengat, memasuki sela2 kulitnya yang cantik?"

- Tidak ada jawaban sepertinya . . hmm, okelah..saya akan meminta kepada angin

"Angin, bisakah kau menghembuskan nafasmu sedikit lebih keras? supaya dia tidak kegerahan? supaya kota ini terasa sedikit lebih nyaman di matanya?"

- Ohh, ternyata angin sedang keluar, disibukkan dengan kegiatannya yang selalu padat dikota yang minim kehadiran angin belakangan ini . .

- Baiklah, saya akan meminta ke jalan

"Jalan, bisakah kau melebarkan sedikit saja badanmu, sehingga saya, dan juga dia, bisa melaju kencang dikotamu ini? Sehingga kita bisa cepat sampai tujuan, dan tidak berlama lama berada di luar yang panas ini?"

Jalan menjawab."Tidak! Itu tidak mungkin! Jikalau saya melebarkan badan saya, sudah pasti si Pohon akan mengamuk karena akar dan batangnya akan saya pangkas untuk pelebaran badan saya! Tidak, permintaanmu tidak bisa saya terima anak muda."

Pemuda itu bingung...ia tidak tahu lagi harus meminta kepada siapa. Dengan bersungut sungut, saat diperjalanan, tiba2 ia bertemu dengan seorang kakek tua. Berhubung tidak ada lagi yang bisa ditanyai disekitar situ, akhirnya ia memutuskan untuk bertanya kepada kakek tua tersebut. Ia mengutarakan semua keinginannya tersebut kepada si kakek. Menceritakan betapa ia ingin semuanya berjalan sempurna, karena sebentar lagi kekasih hatinya akan mengunjunginya ke kota tempat ia tinggal selama ini. Ia terus dan terus memikirkan rencana kedatangan sang kekasihnya ini berhari hari. Ia tak ingin kekasih hatinya itu mengeluh kepanasan. Mengeluh jalanan kota yang padat merayap. Ya benar, ia ingin segalanya berjalan se-sempurna mungkin.

Lalu si kakek tersebut memberikan pertanyaan kepada pemuda tersebut. Pertanyaan tersebut adalah . .

"Anak muda, apakah engkau mencintai kekasihmu?"

Pemuda tadi menjawab,"Jelas! Makanya saya ingin semuanya ini berjalan sempurna."

"Apakah kekasihmu mencintai anda, wahai anak muda?"

Pemuda tadi menjawab dengan setengah sewot,"Ya iyalah...kenapa kakek bertanya demikian? bukannya memberikan solusi dari masalah saya, malah bertanya hal2 yang tidak penting macam bgni..."

Dengan tak disangka sangka, si kakek tersebut memberikan jawaban yang membuat si pemuda tersebut terdiam, merenung..dan akhirnya tersenyum lega.

"Wahai anak muda, ketahuilah. Jika engkau dan kekasihmu sudah saling menjalin kasih, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dengan bisa melihatmu saja, semua keburukan yg ada disekitarnya akan terlemahkan, berganti dengan romansa cinta yang tiada batas. Bukankah engkau juga demikian anak muda?"

"Cinta itu untuk dirasakan, bukan untuk dipikirkan. Semakin engkau memikirkan cinta, semakin lelah raga dan pikiran anda. Jangan engkau sia siakan energi-mu untuk hal2 seperti ini. Bertanya kesana kemari, mengeluh akan kondisi, gusar, dan perasaan-perasaan buruk lainnya." tambah si kakek

"Cukup rasakan . .
Serahkan sisanya kepada nalurimu." jawab si kakek sambil tersenyum

Lama si pemuda terdiam...merenungi kata-kata si kakek tersebut. Si pemuda akhirnya mendongakkan kepalanya, seraya berkata,"terima kasih kek." -sebelum akhirnya ia tersadar bahwa kakek tersebut sudah tidak ada lagi ditempatnya berdiri-




^____^


[Rendy Ardicha Pradana]
Surabaya, 02 November 2012
Pukul 1:26 waktu setempat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar