Jumat, 23 November 2012

Dari Awan Mendung, Kepada Manusia




Hai manusia, bukanny kalian menyukai mendung? Saat dimana terik matahari tertutup oleh sebagian tubuhku? Disaat kalian bisa menikmati cuaca yang sejuk, dan berangin, sedangkan dibagianku yang satuny terbakar oleh sinar matahari?

Kalian tak lagi mengeluh kepanasan. Bahkan ada diantara kalian yang update status di jaringan sosial. Bersyukur akan cuaca yang mendung dan sejuk saat itu . . bukanny begitu?

Namun kenapa? kenapa saat mendung tadi berubah menjadi hujan, kalian malah gusar, memaki dan menghujatku? Apa salahku? Awan, mendung, hujan, itu smua merupakan proses dari kehidupanku. Aku tak pernah memaki kehidupan kalian, wahai manusia . . Kalian selalu berkoar koar, berpropaganda tentang global warming, or whatsoever-nya. Tetapi tetap saja kegiatan kalian telah sedikit banyak merusak siklus kehidupanku. Tak heran jika aku menangis. Asal kalian tau, hujanku berbeda dengan yang dulu. Masam! Ini akibat dari asap-asap pabrik dan kendaraan yang kalian buang ke langit, membiarkan menumpuk pada awanku, yang akhirnya turun menjadi hujan asam. Aku tak yakin jikalau pohon-pohon yang hidup di permukaan bumi merindukan lagi keberadaanku . . Aku seperti . . . tersisihkan

Aku yang dulunya bisa diprediksi kapan datangny, sekarang tak lagi bisa, bahkan cenderung misterius. Saat giliranku datang, menggantikan giliran si musim panas, kalian malah beramai ramai menyewa pawang hujan buat menghentikanku. Apakah ini etis? Biarkanlah aku datang. Terimalah aku dengan segala kerelaan hati kalian, wahai manusia. Toh aku datang ke negeri kalian membawa oleh-oleh yang berguna buat kehidupan kalian kan?

Tapi aku percaya. Manusia tidak sepenuhnya seperti yang aku keluhkan diatas. Itu cuma emosi sesaatku. Maafkan jika kata-kataku menyinggung kalian semua, hei manusia. Aku masih tetap mencintai kalian. There are so many reason to believe in human being. Diantara banyaknya asap yang terbuang percuma di jalanan, ribuan pemuda mendukung gerakan berkebun dan penghijauan. Diantara banyaknya aksi penebangan liar di hutan-hutan, ribuan siswa dan mahasiswa tergabung dalam komunitas pecinta alam. Diantara semakin padatnya pembangunan kota-kota besar, taman-taman di berbagai sudut kota juga ikut diperbaiki dan dipercantik. Huff, aku legaa. Ternyata masih banyak calon penerus bangsa yang peduli dan ramah terhadapku :)

Semoga . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar