Sabtu, 23 April 2011

Sebatang Pohon Kersen

Hanya sebatang pohon kersen . Ya, terlihat sangat biasa... Itu jika kau lihat sekilas. Demikian juga yang terjadi pada saya. Selama saya ngekost di sini, sebatang pohon kecil itu luput dari perhatian saya.





Pohon kecil itu tumbuh di atap rumah tempat saya kost. Sebagai info, kamar saya berada di lantai 2, jadi atap rumah kost saya dapat terlihat. Tak peduli bagaimanapun kondisi cuacanya, pohon itu tetap dapat terus hidup. Sempat meranggas, karena kondisi cuaca di Surabaya yang sedemikian panasnya. Sempat kehilangan batang dan daun daun nya , karena badai bila hujan deras datang. Namun pohon itu dapat terus dan terus hidup, dengan berbagai keterbatasan yang dimilikinya.

Setelah saya surfing di berbagai website, saya menemukan fakta yang cukup menarik, yang dapat kita ambil hikmahnya dari pohon yang biasa kita temukan ini.

Pohon ini termasuk Perdu, atau pohon kecil, tinggi sampai 12 m, meski biasanya hanya 3-6 m saja. Selalu hijau dan terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun.

Pohon ini tergolong liar, tumbuh sekenanya di pinggiran jalan, di tepi sungai yang tidak terurus atau di tempat tempat yang biasanya kering berkepanjangan.

---------------*****---------------

Kita dapat mengambil hikmah dari ini, yang diajarkan oleh alam secara halus kepada kita. Tapi tergantung, kita mau menerima dan peka terhadap ini semua, atau cuek dan melenggang dengan segala kesibukan dunia kita.

Pohon kersen yang kecil pun dapat mengajarkan sesuatu kepada kita. Teruslah hidup kawan, walau apapun yang terjadi , berpikirlah kalau kita bisa. Kita lalui semua dengan semangat tanpa gentar. Dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang kita miliki, janganlah kita gunakan sebagai alasan untuk tidak survive dalam dunia ini. Contohlah pohon ini, hanya berbekal sepetak kecil atap yang berair, ia dapat terus dan terus hidup, bagaimanapun kondisinya.

Darimanapun asalmu , jadilah orang yang baik, selalu dermawan kepada sesama. Biarpun pohon ini liar, tumbuh sekenanya dari tepian jalan , namun setelah besar nanti, pohon ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Seperti yang ditulis Peri Umar Farouk dalam salah satu ceritanya yang berjudul "Pohon Kersen Ayah"

"Ayah ingin seperti pohon ini. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu besar, tetapi teduh. Ia melindungi bumi dari energi yang berlebihan. Walaupun ia kadang-kadang menggugurkan daunnya secara sembarang. Namun itulah kenakalan makhluk hidup yang wajar."

"Ayah mencintai pohon ini!" lanjut ayah. "Karena penciptaannya menghadirkan kebesaran yang tidak angkuh. Coba kita rasakan! Ia melindungi kita dari panas dan silaunya matahari." Ayah jongkok di atas kakinya yang telanjang. Lalu tangannya diusapkan pada tanah. "Ia mampu mendinginkan bumi sedingin ini."

Potongan cerita diatas merupakan bagian yang saya sukai. Didalamnya diajarkan filosofi yang terasa dekat sekali dengan kita.

Penulis pun masih berusaha menjadi seseorang yang dapat bermanfaat, minimal untuk sekitarnya dulu. Penulis pun juga masih belum 100% mengamalkan apa yang ditulis diatas. Namun sekiranya, dengan terbesitnya fikiran sperti ini, dapat menjadikan saya, dan pembaca untuk terus berbenah diri, kearah yang lebih baik lagi.

---------------*****---------------

فَإِذَاقُضِيَتِالصَّلَاةُفَانتَشِرُوافِيالْأَرْضِوَابْتَغُوامِن فَضْلِ اللَّهِوَاذْكُرُوااللَّهَكَثِيرًالَّعَلَّكُمْتُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” [QS 62: 10]

Wassalam

Jumat, 01 April 2011

Pertanyaan Kontroversial

Pukul : 21.06
Cuaca : hujan gag niat, cuma gerimis
Kondisi kamar : not bad lah,tertata rapi
Kondisi perut : bahaya radioaktif stadium 4!! laper'e masya Allah
Mood : gag tau dah . . . dont feel like doing anything

---------------*****---------------

Just another commonly days. Hari2 seperti biasa, namun di saat jam bhs Inggris, ada salah seorang temanku mengajukan pertanyaan. Isinya kira2 seperti ini . . .















penjelasannya sebagai berikut :
Ada seorang tukang bangunan. Dia ingin membangun rumahnya. Dia membutuhkan 47.000 buah batu bata. Berhubung dia tidak memiliki satu buah pun, maka dari itu dia berniat untuk berhutang dengan sobat karibnya. Dia pergi ke temannya yg bernama A. A bersedia menghutangi si tukang 25.000 batu bata. Kemudian karena merasa kurang,dia pergi ke B. di B, dia diberi 25.000 batu bata juga. Akhirnya dia memiliki 50.000 batu, dan tersisa 3000 batu bata karena hanya 47.000 batu yang ia perlukan. 3000 bata itu ia kurangi 2000 untuk dibagikan ke 2 orang temannya tadi. Hitung2 untuk menyicil melunasi utang batanya. Masing2 dari temannya memperoleh 1000 bata. Bata sisanya dia simpan untuk dijual,karena dia tidak punya uang. Akhirnya setelah dicicil,hutang pada kedua temannya pun masing masing tinggal 24.000. Setelah dia hitung2 kembali, 24.000 di A + 24.000 di B + bata yang ia miliki sekarang,yakni 1000, kok hanya 49.000 batu bata? kemanakah yang 1000?? seharusnya ada 50.000 bata total . . .

pertanyaan -pintar- ini pun mengundang kontroversial. Banyak yang menganalisa dengan kapasitas otaknya masing masing. berhubung ane tiap hari makannya penyetan telur, maka otak yang seharusnya disuplai oleh berbagai macam vitamin dan serat ini cuma bisa merespon dengan mengernyitkan dahi pada awal awal.....

solusi demi solusi pun datang silih berganti. Tapi tak ada satupun yang logis. Akhirnya...setelah saya pikir2 *mikirnya setelah jumatan neh,serasa dapat pencerahan, akhirnya saya menemukan seutas keganjilan. Bilamana kita men-share 1000 bata, sedangkan yang 2000 kita simpan, yang terjadi adalah :

1000 kita bagi 2, 500 ke A dan 500 ke B, maka . . .
24500 + 24500 + 2000 = ???
51.000 bata sodara2

dan bila kita membagi rata,dalam artian 1500 bata untuk dibagi ke A dan B, sedangkan 1500 bata nya disimpan oleh si tukang, maka diperoleh seperti berikut :

1500 kita bagi 2, 750 ke A dan 750 ke B, maka . . .
24.250 + 24.250 + 1500 = ???
50.000 sodara2 !

namun, berhubung kedua temanku mempunyai pendirian yang kuat, dia berdalih seperti ini :

"beh, gag iso . Lha wong sing tak takokno lho nangdi botone sing 1000? kok malah diganti soal'e. Yaopo lho? tak bisa diterima ngno iku ren! "

google translate . . .

"beh, ndak bisa lah~ . Yang ditanyakan lho kemana perginya batu bata yang 1000? kok malah soalnya yang diganti. Gimana lho? pendapat yang tak bisa diterima ren!"


Gag bisa diterima matamu . . .


Namun, sampe detik sekarang, aku masih dibuat heran dengan rumusan soal tadi. Kenapa kok bila kita membagi yang 1000 atopun yang 2000 terjadi kekurangan dan kelebihan? apakah memang ada persamaan matematika yang mengatakan ato membahas hal seperti ini?

absolutely, i'm not a math freaker