Pagi ini aku terheran…dan penasaran bagaimana Noel (panggilan anak laki-lakiku) bisa seceria itu ketika bangun pagi. Menyapaku dengan senyumnya yang lebar dan memberikan pelukan bertubi-tubi, padahal aku masih ingat betul bagaimana aku memarahinya hingga dia terisak-isak karena memainkan botol susunya hingga tumpah dan tidak mau mengenakan baju sebelum tidur. Begitu saja seolah-olah tangisan semalam itu hanya dalam mimpinya….
Penasaranku pun bertambah, aku perhatikan dia seharian di sela-sela waktu weekend ku. Siang hari ada beberapa temannya, menaiki sepeda, yang aku perkirakan berusia jauh di atas Noel, datang memanggil-manggil dengan berteriak lebih tepatnya, aku sendiri agak terganggu dengan itu.
Noel pun menyambut dan berhambur keluar dengan tawanya seperti sudah lama mereka tidak bertemu, lalu kulihat dia berusaha untuk naik di salah satu sepeda temannya itu. Teman-temannya itu tidak memperbolehkan Noel naik, bahkan salah satu mengatakan untuk Noel bisa ambil sendiri sepedanya.
Noel pun tampak kebingungan, aku paham karena sepedanya baru saja rusak karena ulah teman-temannya itu juga yang suka memakai sepeda Noel, sementara berat badan mereka kurasa tiga kali lipat lebih berat dibanding sepeda Noel.
Saat teman-temannya akhirnya pergi, Noel pun berlari ke arahku merengek dengan mukanya yang mengiba untuk bisa naik sepeda juga, well..akhirnya aku hanya bisa menghiburnya dengan mengajaknya menonton film kesukaan dia “Barney”.
Aku sempet berpikir, yaa ada bagusnya juga Noel kecewa, jadi dia tidak akan bermain dengan anak-anak yang lebih besar itu lagi yang seringkali membuat Noel menangis dan merusak mainan-mainannya.
Sore haripun tiba, aku dan Noel bersendau gurau di teras rumah, dan…Oh God…anak-anak itu muncul lagi, bahkan kali ini lebih banyak, dan tentu saja semakin banyak sepeda disana. Dan di luar dugaan, Noel tiba-tiba ke belakang…menarik-narik sepedanya yang sudah rusak itu dengan susah payah, kemudian dari bahasa tubuhnya terlihat kalau kali ini dia akan bergabung. Waooow…aku salah besar sepertinya, Noel tidak dendam… dia bahkan rela menggunakan sepeda rusaknya itu untuk bisa bergabung bersama mereka.
Akhirnya, aku bantu dia menuntun sepedanya dan menjaga dia dari kejauhan….., Aku perhatikan dia semangat menuntun sepedanya, tertawa, bercanda..berputar kesana kemari bersama teman-temannya…meskipun dia hanya bisa menuntun sepedanya dengan susah payah…
Begitu saja, seolah rasa kecewa dia tadi siang hanya dalam mimpi….
Aku pun tertegun dan berpikir…., luar biasa sekali Noel…atau mungkin anak-anak lain sebaya Noel…,dengan jiwa pemaafnya dan yaaa begitu saja melupakan tanpa ada sisa rasa sakit hati. Sepertinya itu akan sangat sulit aku lakukan untuk orang yang telah membuatku kecewa, bahkan aku memiliki sebuah buku berjudul “Memaafkan Tanpa Menyisakan Luka Hati” yang sengaja aku beli sebagai upaya untuk memupuk sebuah kebiasaan untuk bisa “Memaafkan”. Jika saja aku memiliki rasa seperti Noel dan anak-anak seusianya yang mudah sekali melupakan rasa dendam, kecewa dan rasa benci pasti hidupku akan lebih bahagia, dan bisa tertawa selebar dan selepas tawa Noel. Anak kecil tidak tahu apa-apa?...Kurasa anda salah besar. Mereka seperti malaikat-malaikat kecil yang sengaja diutus Tuhan untuk senantiasa mengingatkan kita.
Perhatikan mereka dengan baik dan banyak sekali pelajaran disana. Dan kurasa Tuhan menciptakan makhluk kecil itu untuk membuat kita bisa
bercermin.
--
Best Regards,
Hafidz Abdul Malik Arifin
Selalu Berusaha Bersabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar